Stop Bilang, "Nggak Bisa Nulis" !

Ada beragam ungkapan seperti, "duuuh,,bingung mau nulis apa", atau juga "ah aku mah kayaknya emang nggak bakat nulis teh" de el el. Sesungguhnya mereka yang berucap seperti itu adalah mereka yang bukan tidak bisa menulis, namun adalah mereka yang malas untuk menulis.

Sebagaimana yang saya amati selama ini, ternyata kemampuan menulis adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Alloh secara merata terhadap kita manusia. Tentu tidak semua orang. Bahkan nabi Muhammad saja sampai akhir hayatnya tidak bisa menulis. (Dikarenakan kehendak Alloh untuk menjaga Al-Qur'an dari fitnah kaum kuffar).

Namun yang jadi bahasan kali ini adalah menulis dalam arti khusus. Tidak seperti menulis secara umum, menulis secara khusus memang memerhatikan beberapa hal untuk bisa melakukannya. Menuliskan sebuah gagasan dengan bahasa yang melenakkan pembaca, tentu tidak mudah. Namun bukan berarti juga kita tidak mampu melakukannya. Ada begitu banyak cara-cara jitu sebagai pedoman kita untuk selalu bisa aktif menulis setiap harinya. Namun bila hal tersebut tidak kita praktikkan, sama saja, kita tidak akan pandai dalam menulis.

Sebelum saya menjelaskan dua faktor penting dalam menulis, saya ingin memberikan sebuah kabar gembira kepada kita semua. Ternyata menulis itu lebih mudah dibandingkan bermain musik. Lebih murah, dan tentunya lebih bermanfaat. Mengapa demikian? Kawan, sejauh yang saya amati, bahwa sebuah syarat mutlak bagi seorang pemusik, adalah ia harus memiliki 'bakat' dalam bermusik. Seorang yang ingin belajar main musik, hendaknya ia bercermin dahulu. Adakah bakat itu ia miliki? Jika tidak, saya sarankan jangan buang-buang waktu. Karena mungkin bisa saja kau bermain musik, tapi itu tidak akan maksimal. Percaya deh ! Karena 99% bermusik ditentukan oleh bakat.

Berbeda dengan bermusik, ternyata menulis tidak melulu soal bakat. Seorang yang tidak paham bagaimana menulis fiksi contohnya, seiring berjalan waktu, lambat laun, dengan usahanya ia akan sangat bisa menjadi seorang penulis fiksi. Meski demikian, lagi-lagi, bahwa orang yang memiliki bakat menulis akan lebih diuntungkan, karena selain ia berbakat, ia juga selalu belajar.

Nah, mari kembali kepada dua faktor penting yang sudah saya janjikan di paragraf sebelumnya tadi, adalah sebagai berikut :

1. Faktor non tehnis (Passion)
Sebagaimana yang dikatakan oleh Andrea Hirata (penulis novel Laskar Pelangi), bahwa menulis membutuhkan endurance. Dan sejauh ini bagi seorang penulis, tidak ada endurance terbaik selain passion. Dengan gairah menulis yang tinggi seorang penulis bisa menulis puluhan bahkan mungkin ratusan halaman dalam sehari. Kenapa? Tentu, itu tak lain, karena minatnya terhadap menulis begitu tinggi. Lantas kalau begitu, pertanyaannya adalah, "bagaimana cara menumbuhkan, juga merawat passion tersebut?" Teman-teman, jawabannya sangat mudah. Saya teringat apa yang dikatakan oleh sastrawan besar yaitu Bapak Ahmad Tohari, bahwa ihwal menulis, adalah bohong jika seseorang tidak membaca. Kata terakhir yang saya cetak miring, adalah cara terbaik kita untuk bisa merawat passion kita dalam menulis. Maka, jangan "meluangkan" waktu untuk membaca, namun "sediakan" waktu untuk membaca. Dalam pelbagai kesibukannya, seorang Andrea Hirata membaca tiga buku dalam sepekan. Dan itu, selalu ia dawamkan hingga kini. Maka, jika faktor non tehnis ini sudah kita kuasai, yakinlah seyakin-yakinnya, bahwa teman-teman tidak akan mengalami apa yang disebut "Writer's Block". Nggak kebayangkan baru nulis satu halaman aja udah Writer's Block? Jadi sekali lagi saya ingatkan, kuasai dulu sisi non tehnisnya. Teman-teman harus berada dulu pada posisi, jika teman-teman tidak menulis dalam satu hari saja, seperti ada yang kurang, atau bisa jadi gatal-gatal. He he he.

2. Faktor tehnis
Berbicara masalah faktor tehnis, ini adalah kesalahan terbesar yang selama ini kita lakukan, bahwa menganggap kemampuan menulis dengan tehnik adalah sebuah keharusan awal dalam proses menulis kreatif. Saya yakin seyakin-yakinnya, sebagaimana saya yakin 4x4 itu pasti 16 bahwa setiap penulis-penulis besar, mengawali proses kreatifnya dengan instingtif saja. Hal ini diperjelas dengan apa yang dikatakan AS. Laksana, ketika ia bertanya pada Pramoedya Ananta Toer, ihwal bagaimana cara menulis yang baik. Alih-alih akan mendapatkan jawaban yang memuaskan, Pramoedya hanya berkata "Menulis, ya, nulis saja!". Di lain hal juga kita bisa dapati, seorang Haruki Murakami (penulis novel Norwegian Wood) itu tak hanya memulai proses kreatifnya di usia yang lumayan senja, yaitu pada usia 30 tahun, tapi ia berkata bahwa ia terinsprirasi menulis novel pertamanya, sehabis ia menonton pertandingan basket. Namun lagi-lagi, di saat proses menulis kreatif kita dirasa sudah cukup intens, barulah kita mulai memperhatikan sisi tehnis dalam menulis. Karena, seperti apa yang dikatakan seorang penyair, yaitu Bunyamin Fasya, bahwa menulis dengan teknik akan membuat indah sebuah tulisan. Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa tema-tema yang sederhana  bisa menarik bila dibalut sebuah teknik penulisan yang oke. Dan bersinambung dengan itu, kita bisa banyak belajar faktor tehnis dalam menulis lewat bermacam cara. Kita bisa bertanya langsung kepada para penulis, juga kita bisa membeli buku-buku tehnis penulisan, dan juga mengakses berbagai tips menulis lewat internet, bisa dari website, blog, de el el.

Nah, masih mau bilang kalau nggak bisa nulis? Menulislah dari sekarang dan seterusnya. Dan jangan lupa untuk selalu rajin membaca. Di akhir tulisan ini saya sisipkan guyonan yang cukup bermakna dari seorang filsuf, yaitu Bambang Q Anees, perihal pentingnya menulis. "Kalau kita nggak mau menulis, dan ingin tetap dikenang setelah kita mati nanti, segera masuk NU". Seperti yang dikatakan Jean Paul Sartre, bahwa syarat dikatakan sebuah karya sastra itu exist, ketika penulisnya sudah mati. Namun dalam hal ini, mari lupakan Sartre, dan segera menyuburkan minat kita dalam tulis-menulis.

Ingat, menulislah, maka kau ada !

Cibiru, 26/06/2016

Komentar

  1. Curhatanku ketika disuruh menulis dengn segudang de el el 😁

    BalasHapus
  2. Ayo menulis. Biar sehat, aman dan sentosa. Hehehe

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer