Cuap-cuap Penulis
Ibuku orang sunda (Garut), Ayah orang Bandung (Asli), tapi aku lebih cocok disebut orang Sumatera, karena memang lahir dan besar di Sumatera Selatan. Orang-orang bilang "Pujakesuma" alias "Putra Jawa Kelahiran Sumatera", meski sungguh setelah belajar sastra, atau wabil khusus membaca puisi mbeling-nya Remy Sylado yang berjudul Sundanologi, naga-naganya perlu dipertanyakan ihwal lema "Putra Jawa" tersebut, karena toh hanya orang "Sunda" yang ndak mau dibilang orang "Jawa". Kenapa? Mboh ora urusan.
Aku sangat bangga menjadi bagian dari kampungku yaitu "Batumarta", tanpa pernah diduga-duga, akhirnya setelah tujuh tahun selepas lulusnya dari SMA (SMA N 2 OKU, SMA Al-Bidayah Bandung, SMA YPKJ, maklum bandel jadi pindah-pindah), aku pun berkuliah. Di UIN SGD Bandung yang mana di tahun 2007 sebelumnya aku pernah 3 bulan bekerja di tempat ini, akhirnya aku mendapu diri jadi seorang "Mahasiswa" jurusan Sastra Inggris.
Di jurusan ini, yang mana terbilang paling absurd bila ditanya, "nantinya mau jadi apa?" aku bertemu orang-orang hebat. Salah satunya Om Ben. (Bunyamin Fasya). Bapak ini yang mengenalkanku pada buku, pada menulis kreatif, juga pada sastra secara global. Dan tentu, di jurusan ini pula, aku merasa semakin muda saja (meski sebentar lagi kepala 3), karena menurutku, kau butuh semangat orang-orang muda untuk menjadikanmu kuat di usia yang boleh jadi jauh berbeda. Hei, Valentino Rossi tak mungkin tetap cemerlang hingga kini, bila ia tak bergabung latihan dengan para anak didiknya di VR46 Academy. Maka, bagiku, makin tua, harusnya makin bersemangat. "Never give up, success will find you".
Berbicara tentang menulis, aku masih dan selalu merasa bahwa aku tertipu. Tapi mungkin tertipu yang baik. Manakala dahulu, seorang perempuan cantik di kelasku berkata saat perkenalan diri bahwa ia ingin menjadi seorang penulis. Di lain kesempatan, segerombolan anak-anak muda membentuk sebuah forum sastra di mana saat itu aku datang hanya sebagai pelengkap saja. Tapi kini, aku paham, bahwa hanya orang-orang yang memiliki minat sajalah yang benar-benar bisa bertahan. Dan tentu, jika kau bicara sastra, lagi-lagi kau bicara masalah "tulis-menulis". Karena sastra memang tulisan.
Aku tidak tahu sebenarnya apakah yang harus aku lakukan kelak, mungkin hal itu yang menjadikanku bahagia, karena kita hanya berfokus pada apa yang harus kita lakukan sekarang. Bukankah kemarin sudah berlalu, dan esok tak teraih? Dan berbicara masalah waktu, ya, saat inilah yang kita punya. Kenapa harus repot-repot itu-ini, bukankah yang terbaik itu "Usaha+do'a?".
Terlepas dari hal itu, aku ucapkan terimakasih sudah membaca sekapur sirih ini. Selamat membaca, selamat menjadi temanku yang lemah ini. Bila hendak menghubungiku, teman-teman bisa cari aku di sini : FB Jadoel Soeretro, atau di BBM 5f22aa85.
Terimakasih, Hatur nuhun, Matur Suwon !
Komentar
Posting Komentar